
, Jakarta - Istilah meat intolerence adalah bentuk permasalahan pencernaan, misalnya diare , saat mengonsumsi produk daging apapun. Umumnya, tubuh akan menunjukkan berbagai macam respons fisiologis dan dapat membahayakan kesehatan seseorang dengan memicu kondisi seperti sindrom iritasi kolon besar.
Intoleransi makanan ini umumnya dipicu oleh berbagai sebab, termasuk kurangnya konsumsi serat pada tubuh. Serat biasanya bertugas mendukung proses penyerapan daging dalam sistem pencernaan. Apalagi bila porsi daging yang masuk ke perut terlampau besar, maka dibutuhkannya tingkat serat yang lebih tinggi guna menanganinya dengan baik.
Intoleransi tubuh dengan makanan-makanan juga dikenal dengan sindrom alpha-gal yang pertama kali ditemukan pad atahun 2009. Intoleransi tubuh ini juga masuk ke dalam bentuk alergi karena kandungan gula dalam daging yang memang tidak bisa diterima oleh sistem pencernaan dan metabolisme tubuh.
Gejala yang Muncul
Melansir dari WebMD , jenis alergi ini tidak sama dengan alergi-alergi lain pada umumnya. Reaksi yang muncul oleh alergi ini biasanya akan muncul dalam waktu tujuh hingga delapan jam setelah mengonsumsinya.
Kemudian, tubuh akan mendapatkan reaksi bisa berupa ruam, gatal, mual, muntah, kesulitan bernapas, tekanan darah rendah, ataupun pusing. Namun, gejala-gejala tersebut berbeda untuk setiap orangnya karena di beberapa tubuh gejala ini bisa lebih parah seiring berjalan waktu atau menghilang t.anpa butuh pengobatan intensif.
Untuk menghindari reaksi-reaksi ini, orang-orang yang memiliki sindrom ini akan diminta untuk berhati-hati dalam mengonsumsi makanan. Pun, produk-produk makanan dengan bahan hewani, seperti susu dan kue dengan bahan telur flounder akan diminta untuk tidak dikonsumsi.
Cara Memeriksa Apakah Memiliki Alergi Daging
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menyinggung tentang deteksi alergi melalui pemeriksaan fisik langsung. Dalam layanan kesehatan tersebut, pasien diharapkan menyampaikan rincian sejarah medisnya sehingga ketika dilakukan uji antibodi, sistem imun dapat bereaksi dengan optimal.
Sayangnya, menurut Healthline , ketidak toleransian tubuh terhadap produk makanan berbahan dasar daging ini tetap menjadi bidang pengetahuan yang belum sepenuhnya dimengerti. Hal tersebut disebabkan karena fenomena ini baru teridentifikasi pada abad ke-21 dan gejalanya bervariasi mulai dari kondisi fisik individu hingga dampak dari gigitan serangga tertentu.