Salah satu tahapan penting bagi calon jemaah haji adalah melambungkan batu ke arah Jumrah. Proses pelantunan tersebut umumnya terjadi pada hari ke-11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah di lokasi Mina. Pelantunan batu ini juga menjadi tanda dimulainya serangkaian aktivitas setelah kedatangan mereka di kota Mina.
Melempar batu ke Jumrah adalah salah satu ritual penting yang dinantikan oleh calon jemaah haji. Bagi Anda yang belum paham tentang aktivitas melemparkan batu tersebut? , Selengkapnya bisa Anda temukan di artikel ini, ya!
1. Apakah Anda tahu apa yang dimaksud dengan melemparkan batu ke arah Jumrah?
Melontar jumrah dalam Bahasa Arab , yaitu ramyul jimaar yang berarti melemparkan batu-batuan kecil atau kerikil. Jimaar adalah bentuk jamak dari kata jumrah yang berarti batu kecil. Secara terminologi, menurut Kitab Al-Mausu'ah Al-Fiqa'hiah Al-Kuwaitiyah, Ð َÙ…ْÙŠُ الْجِмَарِ diartikan sebagai pelemparan sejumlah kerikil tertentu di lokasi tersendiri yang terletak di kota Mina.
Asal-usul ritual pelemparan jumrah telah tercatat sejak masa Nabi Ibrahim AS. Berdasarkan buku tersebut, hal ini dikemukakan: Kisah Adil Musthafa Abdul Hakim: Hubungan Antara Bapak dan Anak di dalam Al-Quran , istilah jumrah timbul ketika jumrah tersebut dilempar dengan batu lantaran setan mencoba menghalangi Nabi Ibrahim AS dalam melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih anaknya Isma'il AS.
Imam Al-Qurtubi juga menceritakan suatu kisah yang disampaikan oleh Ibnul 'Abbas radhiyallahu'anhu tentang bagaimana Nabi Ibraham as dimengganggu syaitan sebanyak tiga kali saat ia sedang di al-Jamaraat. Setiap kali syaitan tersebut mencoba menghalangi, Nabi Ibrahim as membalas dengan melontarka batu kearahnya dan hal ini berlangsung hingga akhirnya ia sampai pada Jumrah terakhir.
2. Asal-usul ceritanya dimulai dengan Nabi Ibrahim AS
Prosesi melempar jumrah telah ada sejak masa Nabi Ibrahim AS. Menurut buku Adil Musthafa Abdul Hakim Kisah Ayah dan Anak dalam Al-Qur'an, kata "jumrah" berasal dari tindakan membuang batu ke arah jumrah ketika setan mencoba menghalangi Nabi Ibrahim AS yang sedang melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih anak laki-lakinya, Isma'il AS.
Imam Al-Qurtubi juga menceritakan sebuah kisah menurut Ibnu Abbas RA yang bercerita tentang bagaimana Nabi Ibrahim AS dilerai oleh syaitan sebanyak tiga kali di tempat al-Jamaraat. Setiap kali syaitan itu mencoba mengganggunya, Nabi Ibrahim AS membalas dengan melontar batu ke arah mereka. Proses ini dilakukan hingga ia mencapai Jumrah terakhir.
3. Diulang sebanyak tiga kali
Terdapat tiga tahap dalam ritual yang dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim AS. Tahapan pertama adalah ketika beliau secara langsung memegang sebuah batu lalu mengetikkannya ke arah setan yang dikenal sebagai Jumrah Ula (Yang Pertama).
Pada percobaan awalnya yang tidak berhasil, iblis dalam bentuk aslinya mencoba menggoda Siti Hajar, istrinya Nabi Ibrahim AS, agar mencegah suaminya memotong anak kesukaannya. Tetapi, Siti Hajar juga menentang tindakan tersebut dan malahan melemparkan benda keras ke arah si jin. Kejadian ini berlangsung di lokasi dimana dia melempari Wusthsa, yaitu tahap pelemparan ketiga (Al-Aqabah).
Usaha si iblis tak berhenti sampai di situ. Iblis tetap bertahan untuk menentang. Tetapi, Nabi Ismail AS selalu bersikap tegas sejak permulaan dan yakin bahwa perintah pengorbanannya berasal secara langsung dari Allah SWT. Lantas, Nabi Ismail AS meraih sebuah batu lalu membidikkan kepada iblis tersebut. Hal ini dikenali sebagai Jumrah Aqabah. Di titik inilah muncul ide melakukan pelemparan jumrah sebanyak tiga kali dalam serangkaian ritual ibadah haji.
Kita pun dapat mengambil pelajaran dari ritual pelemparan batu di Jumrah, yakni usahakan selalu memperhatikan Allah SWT dalam melakukan perbuatan baik walaupun syetan senantiasa menyuarakan keburukan. Untuk mereka yang bersiap menuju Bumi Suci, tentunya telah tidak sabar menunggu kesempatan itu!
Itu dia pengertian melempar Jumrah Semoga memberi manfaat. Ini merupakan salah satu elemen dari ibadah Haji.
Penulis: Amanda Rayta Putri