
gdesain.xyz , Jakarta - Akhir-akhir ini, topik tentang pembatasan pemakaian telah menjadi sorotan. media sosial Remaja yang berusia di bawah 16 tahun menjadi fokus utama, khususnya di negeri seperti Australia.
Pemerintah Australia merancang untuk mengimplementasikan aturan pelarangan penuh akses ke platform-media sosial termasuk TikTok, Snapchat, serta Instagram bagi kalangan pemuda yang dimulai menjelang akhir tahun. Kebijakan tersebut diambil seiring dengan peningkatan keprihatinan tentang kondisi kesejahteraan psikologis para remaja dan potensi bahaya dari overuse media sosial.
Tetapi, apakah pembatasan itu sebenarnya menjadi solusi yang tepat untuk menghambat ketergantungan pada media sosial di antara para remaja? Banyak penelitian serta laporan dari beberapa negera seperti Australia, Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada malahan mencatat bahwa tindakan serupa dapat gagal meresahkan permasalahan intinya dan bahkan mungkin memicu konsekuensi buruk lainnya.
Dilansir dari laman Independent , Sekitar 98% remaja berusia 15 tahun di Australia aktif menggunakan media sosial. Untuk mereka, platform digital ini tidak hanya sebagai sarana hiburan, melainkan juga area untuk menyampaikan identitas diri, memperoleh informasi, serta mendapat dukungan emosi, termasuk soal kesejahteraan psikologisnya. Di banyak situasi, media sosial jadi satu-satunya tempat bagi para pemuda itu agar merasa disambut dan dipahami, terlebih ketika mereka tengah menjelajahi identitas pribadinya atau memiliki permasalahan dalam lingkaran keluarganya.
Walaupun tak dapat disangkal lagi bahwa media sosial memiliki dampak negatif seperti bullying online, materi berbahaya seputar masalah makan, ucapan benci, serta aktivitas scrolling yang menguras energi emosional, penelitian menyatakan bahwa larangan total bukan solusi ideal. Justru dibutuhkan strategi yang lebih mendalam yang mencakup keterlibatan pihak pemerintah, otoritas pengawas, industri teknologi, dan juga kerja sama aktif dari pemuda tersebut.
Bagaimana Pendapat Penelitian dan Pakar-nya?
Penelitian yang melibatkan 70 berita dari Australia, Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada mengungkap kesepakatan umum bahwa larangan mutlak untuk anak di bawah usia 16 tahun tak cukup efektif dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Kebijakan pemblokiran ini justru dapat menciptakan lebih banyak tantangan dibanding keuntungan yang diperoleh, dikarenai oleh alasan-alasan tertentu.
1. Keperluan Pemuda Terhadap Bantuan Sosial
Banyak remaja malah mendapatkan dukungan komunitas serta pengetahuan yang berharga tentang kesejahteraan mental, identitas gender, sampai pendidikan melalui platform-media sosial. Membatasi akses mereka ke sana dapat menyebabkan perasaan kesepian, apalagi bila mereka tak mempunyai lingkaran-dukungan sebanding dalam hidup nyata.
2. Peralihan Ke Platform Tanpa Regulasi
Tatanan tertentu dapat membuat pemuda beralih ke situs web yang lebih berisiko dan kurang terkontrol seperti Forum 4chan, tempat umumnya tak ada pengaturan isi serta kadang-kadang mendukung tindakan kekerasan atau diskriminatif.
3. Kekurangan Sistem Verifikasi Umur
Pada saat ini, belum terdapat metode pemeriksaan umur yang efisien serta aman tanpa menghasilkan ancaman privasi. Saran untuk menggunakan teknologi deteksi wajah ataupun identifikasi digital malahan diwaspadai dapat menciderai hak atas privasi anak muda dan berpotensi diselewengkan.
Alternatif yang Lebih Unggul: Kerjasama dan Rancangan Keamanan
Sebagai gantinya dari pembatasan total, pakar mengusulkan strategi yang lebih menyeluruh. Berikut beberapa tindakan yang mereka sarankan:
1. Pendekatan Tepat dalam Menyederhanakan Konten Yang Efektif
Platform harus meletakkan moderator manusia, tidak hanya bergantung pada kecerdasan buatan, untuk menyaring materi berbahaya dengan cara yang lebih memahami nuansa kemanusiaan dan tepat sasaran.
2. Rancangan Sistem yang Keamanannya Terjamin
Konsep “safety by design” menjadi penting, yaitu merancang media sosial dengan fitur yang tidak membuat ketagihan. Ini termasuk menghapus scroll tak terbatas (infinite scroll), notifikasi berlebihan, dan video autoplay.
3. Pemantauan atas Iklan serta Koleksi Data
Banyak pemuda yang tak menyadari diri mereka terpajan oleh berbagai iklan tentang diet ekstrem, barang kosmetik ilegal, ataupun suplemen tanpa persetujuan. Diperlukan regulasi bagi platform-platform tersebut guna mencegah penyaluran informasi dan pemasaran jenis-jenis konten seperti itu kepada para penggunanya yang masih di bawah umur.
4. Partisipasi Anak Muda dalam Penyusunan Kebijakan
Pemuda harus diberikan kesempatan berpartisipasi dalam dialog serta pembuatan aturan terkait hal tersebut. media sosial Siapakah yang lebih mengetahui dampak dari kehidupan digital terhadap hidup mereka jika bukan diri mereka sendiri?